TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 170 imigran hilang tenggelam di laut Mediterania. Ratusan korban jiwa itu berasal dari dua perahu kayu yang tenggelam dalam sebuah hantaman gelombang laut pada Jumat, 18 Januari 2019.
Sejumlah organisasi imigran melaporkan pada Sabtu, 19 Januari 2019, para imigran yang hilang tenggelam itu berasal dari Libya dan Maroco. Sebuah pesawat militer Italia yang sedang patroli melihat saat satu dari dua kapal tenggelam. Pesawat itu sempat menjatuhkan dua rakit penyelamat ke tempat kejadian tenggelamnya kapal, sebelum pergi karena kehabisan bahan bakar.
Baca: Angkatan Laut Spanyol Selamatkan 408 Imigran di Mediterania
Seorang anak imigran berada di atas kapal perahu saat ditemukan penjaga pantai Libya di Laut Mediterania di lepas pantai Libya, 15 Januari 2018. Lebih dari 170 pengungsi meninggal ketika menyeberangi Laut Tengah dari Libya ke Italia. REUTERS/Hani Amara
Baca: Italia Selamatkan 3.000 Pengungsi Afrika di Laut Mediterania
Dikutip dari reuters.com, Minggu, 20 Januari 2019, sebuah helikopter Angkatan Laut Italia telah ditempatkan di lokasi kejadian, namun hanya bisa menyelamatkan tiga orang. Mereka yang diselamatkan itu, telah dibawa ke sebuah rumah sakit di Kepulauan Lampedusa karena hipotermia.
"Selama operasi ini setidaknya baru tiga jasad terlihat mengapung di permukaan laut," kata Fabio Agostini, Komandan Angkatan Laut Italia dilokasi kejadian.
Flavio Di Giacomo, Juru bicara Organisasi Internasional Migrasi atau IOM mengatakan tiga penumpang perahu yang selamat menceritakan mereka meninggalkan pelabuhan Gasr Garabulli, Libya pada Kamis malam, 17 Januari 2019. Total ada sekitar 120 penumpang dalam perahu yang mereka naiki, yang sebagian besar berasal dari Afika Barat.
Setelah 10 jam sampai 11 jam berlayar di atas laut, perahu kayu yang mereka tumpangi mulai oleng dan orang - orang mulai tenggelam. Dalam dua perahu itu, ada sekitar 10 penumpang perempuan dan dua anak-anak yang salah satunya bayi berusia dua bulan.
Badan PBB untuk urusan pengungsi mengatakan sangat sedih oleh laporan yang menimpa para imigran ini. Jumlah korban jiwa yang sesungguhnya belum bisa di verifikasi secara independen.